Franz Kafka | 2019 2019 (first published in 1915) | Fiction, Classics | Grapevine Publisher (Kindle Edition)
Hi friends! Metamorfosis bukanlah istilah yang asing, terutama ketika membicarakan indahnya metamorfosis kupu-kupu. Namun, bagaimana apabila perubahan tidak membuat suatu wujud menjadi lebih indah? Misalnya, sebagai kecoa raksasa.
Pada artikel ini, saya akan mereview buku klasik berjudul “Metamorphosis” yang ditulis oleh Franz Kafka dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1915. Apabila kalian ingin membaca artikel ini dalam Bahasa Inggris, silahkan cek link berikut. Selamat membaca!
OVERVIEW
Metamorphosis menceritakan tentang seorang travelling salesman bernama Gregor Samsa. Suatu pagi, Gregor terbangun dalam wujud seekor kecoa raksasa. Ketika berusaha beranjak dari kasurnya, Gregor merasa sangat kesulitan. Dia termenung dan mulai merenungi kehidupannya.
One morning, as Gregor Samsa was waking up from anxious dreams, he discovered that in his bed he had been changed into a monstrous bug.
Gregor merupakan tulang punggung keluarganya. Dia tinggal di sebuah apartemen sederhana bersama dengan ayah, ibu, dan adik perempuannya. Walaupun tidak menyukai pekerjaannya, Gregor bertahan bekerja demi memenuhi kebutuhan finansial keluarganya.
Ayah Gregor telah pensiun dan memiliki hutang, ibunya tidak dapat bekerja karena sering sakit, sedangkan adik perempuannya baru berusia tujuh belas tahun. Dia terus berpikir tentang bagaimana dia bekerja apabila tetap menjadi seekor kecoa.
Gregor tersadar dari lamunan ketika mendengar suara bel di apartemen. Ternyata bos Gregor datang untuk mencari tahu alasan ketidakhadiran Gregor di kantor. Mendengar suara bosnya, Gregor susah payah bangun dari kasur dan membuka pintu kamarnya. Dia ingin menjelaskan situasi yang dialaminya kepada bos dan keluarganya.
Ketika Gregor berhasil membuka pintu kamar. Bos, ibu, dan ayahnya terperanjat melihat tubuh Gregor. Bos Gregor memecatnya dan bergegas pergi dari apartemen. Gregor berusaha mengejar pimpinannya tersebut untuk membujuk agar dia tidak dipecat. Namun, bosnya yang sangat ketakutan berusaha menjauh dari Gregor.
Ayah Gregor yang bernama Mr Samsa, menghentikan Gregor mengejar bosnya. Mr Samsa memaksa Gregor kembali ke kamarnya dengan menodongkan gulungan koran dan menghentak-hentakkan kakinya, seperti menakut-nakuti hewan. Ketika akhirnya Gregor berhasil masuk ke kamarnya, Mr Samsa mengunci pintu kamar dari luar.
Gregor bingung mengapa tidak ada yang memahami ketika dia berusaha menjelaskan. Baik bos maupun keluarganya terlihat lebih takut ketika Gregor berbicara dengan mereka. Akhirnya, Gregor menyadari bahwa bagi orang-orang di sekitarnya, suara Gregor terdengar seperti geraman hewan saja. Sebaliknya, Gregor masih memahami percakapan mereka.
Kedua orang tua Gregor tidak pernah masuk ke dalam kamar Gregor lagi. Hanya adiknya, Grete, yang mengantarkan makanan dan membersihkan kamar Gregor. Gadis muda itu memberikan makanan yang dirasa sesuai dengan kondisi kakaknya saat ini. Walaupun demikian, Grete tidak pula berusaha berkomunikasi dengan kakaknya.
Setiap hari, Gregor selalu berusaha mendengarkan percakapan keluarganya dari dalam kamar. Waktu berlalu. Ayahnya kembali bekerja, ibunya menjual hasil jahitan, bahkan adik perempuannya pun sudah bekerja. Mereka pun mulai menjual beberapa barang yang tidak diperlukan—termasuk barang Gregor, untuk memenuhi kebutuhan finansial keluarga.
Suatu ketika, Gregor keluar dari kamar. Ibunya, Mrs Samsa, hampir pingsan karena sangat ketakutan. Mr Samsa murka terhadap Gregor. Dia melempar apel bertubi-tubi kepada putranya. Salah satu apel tersebut tersangkut di celah antara kepala dan badan Gregor, menyebabkan luka dan infeksi. Lambat laun kondisi kesehatan Gregor semakin melemah.
REVIEW
“Metamorphosis” merupakan karya Franz Kafka yang dia tulis di Praha pada tahun 1912. Novel klasik dengan 52 halaman ini terbit pertama kali pada tahun 1915 dan termasuk karya Kafka yang paling populer. Kafka merupakan seorang novelis dan kritikus sastra asal Austria. Note: review mengandung spoiler.
Story
“Metamorphosis” merupakan alegori yang unik dengan narasi cerita berdasarkan sudut pandang Gregor Samsa. Ketika membaca buku ini, kita seperti berada dalam pikiran Gregor. Narator mendeskripsikan apa yang dipikirkan, dilihat, dan dirasakan oleh Gregor.
Kalian penasaran untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran seseorang? Buku ini memberikan kalian pengalaman tersebut. Sayangnya, mengetahui pikiran dan perasaan seseorang tidak selamanya merupakan sesuatu yang membahagiakan. Kita diajak untuk merasakan berbagai emosi Gregor ketika dia menjadi kecoa.
Gregor yang merupakan tulang punggung keluarganya, seketika menjadi sebuah ‘beban’. Dia tidak mampu bekerja, tidak menghasilkan uang, tidak dapat mengurus rumah, juga tidak mampu bersosialisasi dengan keluarganya. Penampilannya bahkan membuat keluarga, terutama ibunya, menjadi takut dan tidak nyaman.
Perasaan Gregor semakin berkecamuk ketika dia berusaha mempertahankan kemanusiannya. Dia menyadari perubahannya bukan hanya perubahan fisik, melainkan identitasnya sebagai manusia. Gregor mulai menyukai makanan yang sudah busuk, kondisi kamar gelap dan kotor, serta tidur di sudut atau di langit-langit kamar.
Walaupun buku ini hanya terdiri dari 52 halaman, konflik yang dirasakan Gregor terasa menyakitkan. Sikap keluarganya luar biasa dingin pada Gregor. Bahkan Grete yang awalnya masih mengunjungi kamar Gregor untuk mengantar makanan, mulai sibuk dengan pekerjaannya. Dia tidak menyadari bahwa kondisi kakaknya semakin melemah.
Characters
Tidak banyak karakter yang muncul dalam buku “Metamorphosis.” Fokus cerita adalah pada Gregor Samsa dan keluarganya: Mr Samsa, Mrs Samsa, dan Grete Samsa.
Gregor Samsa
Gregor merupakan tipikal pekerja keras yang berusaha membahagiakan keluarganya. Hal ini terbukti ketika Gregor mempertahankan pekerjaan yang tidak disukainya demi memenuhi kebutuhan finansial keluarga. Bahkan di pagi hari dia menjadi kecoa, Gregor mengkhawatirkan bagaimana dia bekerja untuk keluarganya.
Gregor memiliki pribadi yang tidak egois. Dia tidak mengeluh dengan kondisinya dan tetap bersyukur bahwa keluarganya baik-baik saja. Gregor bahkan rela tetap berada dalam kamar dan tidak memaksa untuk keluar agar keluarganya merasa nyaman. Setiap Grete mengantarkan makanan, Gregor akan menjauh agar Grete tidak melihatnya. Bukan karena malu, tapi tidak ingin menakuti adik perempuannya.
Mr Samsa
Mr Samsa dikisahkan sebagai karakter yang tidak ramah dan kasar. Dia tidak banyak berbicara. Tapi, ketika berinteraksi dengan Gregor yang berubah menjadi kecoa, Mr Samsa berperilaku dan berbicara kasar. Karakter Mr Samsa akan memunculkan kekesalan bagi pembaca. Dia bahkan tidak segan melemparkan apel bertubi-tubi ketika melihat Gregor keluar dari kamar.
Mrs Samsa
Di sisi lain, Mrs Samsa lebih menunjukkan emosinya lewat gesture dibandingkan ucapannya selama novel “Metamorphosis”. Secara fisik, Mrs Samsa lemah karena menderita asma. Dia mudah lelah dan juga panik. Dia yang merasa paling takut dengan tubuh kecoa Gregor.
Mrs Samsa terlihat masih peduli dengan Gregor. Dia beberapa kali membela Gregor dari perilaku Mr Samsa. Namun, dia terlihat tidak menerima kenyataan bahwa putra semata wayangnya berubah menjadi makhluk yang mengerikan. Di sisi lain, cukup janggal ketika kehilangan Gregor memunculkan perasaan lega pada diri Mrs Samsa.
Grete Samsa
Grete dikisahkan sebagai gadis muda berusia tujuh belas tahun. Keluarganya terbiasa memenuhi kebutuhannya. Gregor pun sangat sayang padanya. Bahkan menabung untuk sekolah musik adik perempuannya. Namun, ketika Gregor berubah menjadi kecoa, Grete mulai diberikan banyak tanggung jawab.
She was still a child of seventeen, her life up till then had been very enviable, consisting of wearing nice clothes, sleeping late, helping out in the business, joining in with a few modest pleasures and most of all playing the violin.
Pada awalnya, dia bertugas memenuhi kebutuhan makan dan kebersihan kamar Gregor. Dia menjadi satu-satunya keluarga yang berusaha memenuhi kebutuhan Gregor. Keluarga yang masih berinteraksi dengan Gregor, walaupun hanya sangat sedikit. Namun, seiring berjalannya waktu, Grete mulai bekerja untuk membantu finansial keluarganya. Perhatiannya terhadap Gregor pun mulai menghilang.
Writing Style
Jujur, bahasa dan gaya menulis Kafka pada novel ini terkesan cukup kelam. Bahasa yang digunakan terkesan tidak sederhana. Bukan karena pemilihan katanya, melainkan cara penyampaian Kafka terasa cukup rumit. Gaya penulisannya sangat filosofis. Dialog hampir sepenuhnya terjadi dalam kepala Gregor. Walaupun demikian, saya sangat menikmati membaca buku berjudul “Metamorphosis” ini.
Reread Values
Bagaimana dengan reread values novel “Metamorphosis”? Buku ini bukanlah novel klasik favorit saya. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa nilai moral yang terdapat dalam novel ini merupakan nilai yang penting: kemanusiaan, simpati, dan keikhlasan. Banyak pula nilai-nilai moral lainnya yang dapat kita pelajari selama membaca buku ini.
CONCLUSION
Apakah saya akan merekomendasikan buku ini? Tentu saja. Walaupun mungkin ada hal yang membingungkan, misalnya, “mengapa tiba-tiba Gregor Samsa menjadi kecoa raksasa?” Namun, “Metamorphosis” memang layak menjadi salah satu novel klasik populer. Kita akan diajak untuk memahami pemikiran dan perasaan Gregor, serta belajar banyak tentang kehidupan.
0 Comments